Ketika Lebaran Tak di Rumah
Hari Raya Idul Adha tahun ini menjadi momen yang berbeda bagi para santri Pondok Pesantren Ibnu Sina. Tidak ada suara ibu membangunkan sahur, tidak ada pelukan ayah selepas salat Id. Namun, suasana pondok tetap hangat. Di tengah rindunya rumah, para santri menemukan makna baru tentang kebersamaan dan keikhlasan.
Sejak malam takbiran, pondok bergema oleh lantunan takbir yang mengalun syahdu. Santri bergiliran mengumandangkan takbir dengan semangat. Pagi harinya, santri berangkat ke masjid pesantren untuk salat Idul Adha bersama para ustazd dan ustadzah. Wajah mereka berseri, meski ada rindu yang diam-diam mengendap.


Usai salat, tibalah saat penyembelihan hewan kurban. Santri turut membantu dengan sigap memegang tali, menguliti, membungkus, dan membagikan daging kepada warga sekitar.
Di akhir hari, meski tanpa keluarga di samping, para santri duduk melingkar, menikmati hidangan sederhana yang dimasak bersama. Tawa dan cerita kecil menghiasi suasana. Di pesantren, mereka belajar bahwa Idul Adha bukan hanya soal tempat, tapi soal hati yang bersyukur dan siap berbagi.